Advertisement

Responsive Advertisement

Krisis adalah Ancaman sekaligus Peluang

Krisis Investasi

Itulah statement yang dilontarkan oleh legendaris investor Warren Buffett.
Saya kutip dari bukunya Indra Ismawan yang berjudul "Warren Buffett. Takutlah saat orang lain serakah,Serakahlah saat orang lain ketakutan"

Krisis ekonomi yang melanda negeri paman sam membawa pertanyaan bagi kta; Apakah kita akan memasuki krisis seperti tahun 1998 ?

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terlah memberi persuasi kita harus tenang. Krisis saat ini tidak sama dengan tahun 1998. Krisis yang sekarang merupakan dampak yang tidak bisa dihindari karena integrasi perekonomian Global. Episentrum krisis bukan berada dalam negeri melainkan dari Wall Street.

Tetapi dampak krisis tetap terasa. Bursa saham adalah yang terkena dampaknya pertama kali, hingga lantai bursa dinonaktifkan oleh otoritas bursa, guna menghindari penurunan yang lebih dalam. Sektor rill yang kemudian terkena dampak berikutnya

Kurs Dollar AS meningkat dan kurs Rupiah melemah, karena dana asing saling berebut untuk mudik ke kampung halaman(Taking Profit). Maka terjadilah Imported Inflation. Karena inflasi di Amerika Serikat dan melemahnya daya beli,arus Ekspor kita bisa saja terganggu.

Kurs Rupiah dianggap rawan melemah,sedangkan Bank Indonesia enggan terlalu banyak mengeluarkan Devisa buat menginvervensi pasar. Karena itu dinaikanlah suku bunga. Banyak bank berjuang mati-matian menjaga Likuiditas dan profit margin-nya. Belum lagi ancaman Rush para nasabah bank, sehingga pemerintah harus terpaksa menaikan angka penjaminan simpanan dari Rp100 juta hingga Rp 2 Milliar.

Inflasi dan suku bunga tinggi sebetulnya berbahaya. Keduanya seperti obat dosis tinggi, yang kalau dikonsumsi terlalu sering bisa mengakibatkan fatal. Kalau inflasi tinggi berlangsung cukup lama, jelas akan mengubah struktur biaya produksi di perusahaan.

Ini berarti Cost Push Inflation. Terjadi spiral inflasi. Sebagian besar masyarakat akan menjadi korban. Daya beli mereka menurun. Konsumsi agregat akan mengalami penurunan, dan pertumbuhan ekonomi pun melambat, sehingga semakin banyak pengangguran.

Di sisi lain,krisis juga memunculkan peluang. Hancurnya bursa efek jelas memukul para investor yang sudah berada didalamnya. Tapi bagi para calon investor,krisis ini merupakan panggilan "untuk bermain".

Bagaimana tidak,harga-harga saham terpangkas sampai 40%. Tak ada yang salah dari fundamental perusahaan emitmen. Mereka hanya terkena dampak ikutan dari Global, yang membuat nilai sahamnya turun tajam.

Mengingat bursa saham kita masih berada dalam tahap pertumbuhan, maka ini adalah momen baik untuk masuk dan memperbesar investasi dan menggemukan kantong kita. Persisi yang dikatakan Warren Buffett, "Takutlah saat orang lain serakah,Serakahlah saat orang lain ketakutan"

Posting Komentar

0 Komentar