Jika kita sudah terjun kedalam dunia Investasi Saham, kita akan menemukan sejumlah istilah yang mungkin sangat sulit untuk dipahami, seperti Beta Saham.
Beta Saham dalam dunia Investasi Saham merupakan sebuah ukuran yang mengambarkan perubahan imbal hasil dalam prosentase tertentu, dibandingkan dengan perubahan pada indeks pasar dimana instrumen saham tersebut diperdagangkan. Sebagai contoh adalah imbal hasil saham BBCA dibandingkan IHSG di IDX.
Pada lingkup dunia investasi saham di bursa, Beta Saham lebih mengacu kepada suatu indikator yang menunjukkan level resiko saham terhadap tingkat resiko pasar. Jadi dengan indikator ini paling tidak para investor dapat mengetahui dan menyesuaikan nilai level sensitifitas suatu saham dengan resiko pasar yang ada. Artinya, para pelaku pasar dapat meminimalkan pemilihan yang keliru terhadap saham yang ingin mereka beli atau perdagangkan.
Analisis seperti ini sangat dibutuhkan, mengingat setiap instrumen perdagangan dan investasi semuanya memiliki resiko yang sama. Sehingga, suatu “Edge” atau kelebihan terhadap probabilitas yang mungkin terjadi sangat dibutuhkan, agar proses perdagangan dan investasi saham yang dilakukan tidak mengarah kepada kerugian, atau paling tidak bisa meminimalkan resiko tersebut.
Kelebihan dan Kelemahan Indikator Beta Saham
Secara umum, suatu indikator analisa memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, termasuk Beta Saham yang menjadi pokok pembahasan kali ini. Secara umum, Beta Saham memiliki 2 kelebihan utama yaitu :
- Beta Saham dapat menjadi sebuah referensi ukuran resiko saham.
Dalam hal ini, Beta Saham dapat berperan sebagai referensi dalam memperbaiki ukuran resiko pada portofolio seorang investor. Penggunaan Beta Saham akan lebih maksimal jika seorang investor menanamkan dana nya di berbagai saham (bukan hanya 1 saham saja).
- Probabilitas pergerakan harga saham berikutnya menjadi lebih tinggi.
Keuntungan kedua adalah investor bisa mendapatkan probabilitas masa depan pergerakan harga saham yang lebih tinggi, meskipun tidak ada jaminan pasti. Jadi keakuratan tentang pemilihan Saham Potensial dapat meningkat dengan menggunakan Beta Saham.
Disamping itu, tentu saja Beta Saham juga tetap memiliki kekurangannya yaitu : penggunaan pada bursa-bursa saham luar negeri memang sudah efektif. Namun, sangat berbeda jika digunakan pada Bursa Indonesia karena disinyalir masih ada suatu pihak yang memonopoli harga, atau biasa disebut dengan Bandar.
Jenis Saham Berdasarkan Beta
Jenis-jenis saham yang ada saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis menurut beta-nya yaitu :
- Saham Beta < 1
Arti dari Saham Beta < 1 (kurang dari satu) adalah sensitifitas harga saham tersebut lebih kecil daripada IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Misalnya dalam suatu kasus Sebuah Saham Emitan memiliki Beta 0,5, atau bisa diartikan tingkat fluktuasi harga saham tersebut adalah 50% dari IHSG. Jika IHSG kemudian turun 4%, maka saham emiten tersebut akan mengalami penurunan setengah dari IHSG yaitu 2%.
- Saham Beta > 1
Pemahaman Saham Beta Lebih Dari Satu sama persis dengan poin pertama. Sebagai contoh, suatu saham emiten memiliki Beta 2 poin, maka ketika IHSG naik 2%, saham emiten tersebut akan naik sebesar 2x lipatnya yaitu 4%.
- Saham Beta Negatif
Saham Beta Negatif adalah suatu prosentase Beta yang bernilai negatif. Efek yang ditimbulkan adalah kebalikan dari pergerakan IHSG. Sebagai contoh, saham emiten memiliki -1 beta, artinya jika IHSG naik 1%, maka saham emiten tersebut justru akan mengalami penurunan sebesar 1%.
Beta Saham memang dapat difungsikan sebagai suatu indikator persiapan, namun indikator ini bukanlah hal mutlak karena pergerakan harga dipasar apapun akan cenderung mengarah pada Hukum Supply dan Demand. Namun, dengan indikator Beta Saham yang bisa kita dapatkan dari Reuters atau PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), paling tidak kita dapat memperhitungkan kira-kira sejauh mana resiko yang dimiliki suatu instrumen saham.